Ini Dia Makna Perjalanan Biksu Ketika Memperingati Hari Raya Waisak

Jumat, 24 Mei 2024

Penulis: Anna Lutfhiah

image-berita
Foto: Para Bhiksu saat merayakan hari waisak (VOI).

Edukasi - Sobat Youtz, pasti pernah mendengar tradisi Thudong nggak sih? Hmm… kalau Hari Raya Waisak, Sobat tahu kan hari raya umat beragama apa? 

Yup! Bener banget! Hari Raya Waisak adalah Hari Raya Umat Buddha. Biasanya, Hari Raya ini  erat kaitannya dengan tradisi Thudong nih Sobat Youtz. 

Apa sih sebenarnya tradisi Thudong itu? Yuk kita bahas! 

Jadi Sobat Youtz, tradisi Thudong merupakan upacara  atau perjalanan ritual yang dilakukan oleh para bhante atau biksu yang dilakukan dengan berjalan kaki sejauh ribuan kilometer. 

Perjalanan ini dilakukan oleh biksu-biksu tersebut untuk menyambut Hari Raya Waisak yang jatuh pada tanggal 23 May 2024 kemarin. 

Para biksu yang hadir ini tidak hanya dari negara Thailand saja, melainkan dari negara-negara lainnya seperti Malaysia dan juga Indonesia. 

Selama menempuh perjalanan tersebut, para biksu akan melakukan persinggahan di beberapa tempat, yang mana tempat-tempat singgah tersebut paling banyak dilakukan di Indonesia, mengingat tujuan akhir mereka adalah Candi Borobudur yang memang berada di Indonesia, tepatnya di Magelang. 

Tujuan Tradisi Thudong 

Sebenarnya apa sih tujuan diadakannya tradisi Thudong ini?

Hal tersebut dilakukan untuk melatih kesabaran para biksu, karena dalam melakukan perjalan tersebut mereka akan terkena panas sinar matahari, hujan, dan hanya akan makan sebanyak satu kali setiap hari dengan minum seadanya. 

Selain itu mereka juga akan tinggal atau beristirahat di tempat seadanya. 

Tradisi Thudong bertahan hingga saat ini merupakan implementasi atau praktik terhadap ajaran Buddha Gautama. 

Jika dibandingkan dengan tradisi Thudong yang dulu dengan sekarang, sebenarnya secara umum tidak terdapat perbedaan dari tradisi ini, tetapi jika dilihat dari beberapa sisi telah 

terjadi beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada saat ini. 

Secara mencolok, perbedaan itu terdapat pada tempat singgah yang disinggahi oleh para biksu ketika melakukan perjalanan ini. 

Jika di zaman dahulu para biksu akan singgah di ruangan kosong seperti gua atau hutan, namun untuk saat ini para biksu dapat bersinggah di vihara. 

Pada zaman dahulu tradisi berjalan di mana pada jaman Sang Buddha belum ada vihara, belum ada tempat tinggal para Bhante. 

Masa itu, mereka tinggal dari hutan ke hutan, dan oleh Sang Buddha para Bhante diberikan kesempatan untuk tinggal di hutan, gunung, dan gua. 

Lain halnya dengan zaman sekarang yang mana sudah terdapat banyak rumah-rumah warga, tempat ibadah seperti vihara dan yang lainnya. 

Nah jadi Sobat Youtz, itu dia makna dari tradisi Thudong yang sering dilakukan oleh para biksu setiap tahunnya untuk memperingati Hari Raya Waisak. Sekarang kamu sudah paham kan?


(Ann/Frq)


Sumber: 

https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6721162/mengenal-tradisi-thudong-ritual-jalan-kaki-biksu-dari-thailand-ke-borobudur 

https://news.detik.com/berita/d-6727116/ini-alasan-kenapa-32-biksu-jalan-kaki-dari-thailand-ke-borobudur#:~:text=Melansir%20situs%20Kementerian%20Agama%20Republik,salah%20satu%20bentuk%20perjalanan%20religi.


Tags

tag_fill_round [#1176] Created with Sketch.
Biksu Bhante Hari Raya Waisak Thudong