Demi Bayar Sampah Makanan, Indonesia Harus Gelontorkan 551 Triliun per Tahun

Rabu, 3 Juli 2024

Penulis: Faruq Bytheway

image-berita
Foto: Aliansi Zero Waste Indonesia.

News - Semakin hari, sampah di Indonesia kian menimbun. Tak terkecuali sampah makanan.

Ada kurang lebih 280 juta penduduk Indonesia yang setiap hari membuang sampah makanan.

Ternyata, timbunan sampah makanan yang ada saat ini membuat Indonesia bisa kehilangan ekonomi hingga Rp 551 triliun per tahun. 

Oleh karena itu, pengendalian food loss and waste menjadi salah satu strategi intervensi prioritas pemerintah untuk menekan jumlah timbunan sampah makanan dan mencegah kerugian tersebut. 

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara Green Economy Expo 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2024). 

"Pengendalian susut dan sisa pangan atau food loss and waste menjadi salah satu strategi intervensi prioritas yang dapat menekan jumlah timbunan sampah hingga separuh yang ada saat ini dan mencegah risiko kehilangan ekonomi hingga Rp 551 triliun per tahun," jelas Suharso.

Selain mencegah kerugian ekonomi, pemanfaatan sisa pangan yang masih layak konsumsi dinilai dapat memenuhi kebutuhan energi setidaknya 62% dari total penduduk yang kekurangan energi. 

Tak hanya itu, pengelolaan susut dan sisa makanan dinilai dapat berkontribusi pada penurunan emisi hingga 1.702,9 Mt CO2-ek atau 7,3% dari total emisi gas rumah kaca Indonesia tahun 2019. 

Sebab itu, pemerintah meluncurkan Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan Dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045. 

Hal ini melihat perilaku produksi dan konsumsi masyarakat Indonesia yang tidak berkelanjutan. 

Lebih lanjut, ke depan, pemerintah mendorong penerapan ekonomi sirkular yakni model ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan sumber daya, memperpanjang usia pakai suatu produk, serta mengembalikan sisa produksi dan konsumsi ke dalam proses produksi. 

"Ekonomi sirkular sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan ekonomi hijau. Ekonomi sirkular mendorong penerapan refuse, rethink, reduce, reuse, repair, refurbish, remanufacture, repurpose, recycle dan recover yang mencakup intervensi di seluruh value change," beber Suharso. 

Menurutnya, penerapan ekonomi sirkular diprioritaskan pada lima sektor yakni pangan (makanan dan minuman), elektronik, retail (kemasan plastik), konstruksi dan tekstil. 

Penerapan ekonomi sirkular tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, melainkan juga sosial dan lingkungan. 

"Manfaat antara lain peningkatan PDB hingga Rp 638 triliun (pada 2030), penciptaan 4,4 juta lapangan kerja hijau dengan 75% merupakan tenaga kerja perempuan, pengurangan timbunan limbah hingga 52% dibandingkan business as usual pada 2030 dan kontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 126 juta ton CO2," tutup Suharso.

 

(Frq/Tra)

Tags

tag_fill_round [#1176] Created with Sketch.
Sampah Makanan 551 Triliun Lingkungan limbah