Anak Muda, Apatisme, Alienasi Politik dan Penurunan Demokrasi Pasca Pemilu

Kamis, 6 Juni 2024

Penulis: Peni Pinandhita

image-berita
Ilustrasi: (konde.co).

Opini - Negara ini terus melaju di setiap lini, berlari dengan penuh ambisi, tetapi keterasingan masyarakat dari politik dan pemerintahan benar-benar terjadi, akankah prinsip demokrasi akan terus ada di negeri ini? 

Berdasar hasil survei Strategic and International Studies (CSIS) yang diterbitkan tahun 2022, survei tersebut menunjukkan bahwa minat generasi muda Indonesia terhadap politik rendah. 

Dari keseluruhan individu yang dijadikan sebagai responden hampir setengahnya menilai bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dicap sebagai lembaga yang tak layak dipercaya. 

Padahal, harusnya lembaga ini menjadi lembaga terpercaya yang bisa mewakilkan suara rakyat di pemerintahan. Juga bisa mengubah dan memperbarui sistem dari dalam seperti yang biasanya dibicarakan ketika mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. 

Jika melihat survei ini maka sesungguhnya fenomena alienasi atau keterasingan dalam politik itu tidak lagi mengherankan. 

Sebagaimana diketahui, alienasi politik adalah sebuah perasaan terasing, kecewa, juga putus asa terhadap sistem politik dan kekuasaan yang ada. 

Hal ini menjadi salah satu akibat dari diabaikannya keterlibatan rakyat dalam proses pembuatan kebijakan yang akan memengaruhi kehidupan rakyat baik dalam jangka waktu dekat ataupun jangka waktu yang panjang. 

Ditambah dengan rakyat yang merasa bahwa pemerintah yang ada tidak efektif dalam mewakili suaranya. 

Padahal ketika dalam masa pencalonan, rakyat memiliki kontribusi besar dan menentukan siapa yang akan melanjutkan pemerintahan. 

Ujung dari alienasi politik adalah apatisme

Rakyat Indonesia cenderung sudah jenuh dengan banyaknya kebijakan yang bertubi-tubi dan dianggap tidak mewakili kepentingannya. 

Rakyat seperti merasa dikhianati lagi dan lagi. Hal ini yang menyebabkan keterlibatan dalam pemerintah menjadi turun. 

Tontonan setiap hari yang melahirkan pesimisme di kalangan anak muda seperti politik dinasti yang dibangun secara terang-terangan sampai proses bagi-bagi kekuasaan oleh pemerintah yang sedang berkuasa benar-benar semakin mendorong rakyat Indonesia khususnya generasi muda pada apatisme, baik cepat atau lambat. 

Penurunan Kualitas Demokrasi

Kualitas demokrasi Indonesia saat ini pun kian menurun, indikator kualitas demokrasi dapat diukur dalam 60 aspek, beberapa aspek tersebut antara lain pluralisme dan proses pemilu, partisipasi masyarakat, partisipasi politik, budaya politik, dan kebebasan sipil. 

Dalam laporan yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit pada awal 2023 Indonesia kini berada di peringkat 54 dari 167 negara dengan skor 6.71, peringkat Indonesia turun dari 2022 yang sebelumnya ada di urutan 52. 

Indonesia masuk pada kategori flawed democracy atau demokrasi yang cacat. Data tersebut sejalan dengan fenomena demokrasi yang terjadi di Indonesia. 

Seperti banyaknya individu yang tidak kompeten di bidangnya memegang jabatan yang besar, aktris yang dijadikan sebagai pengumpul suara bagi partainya, dan fenomena lainnya. 

Hal ini yang semakin membuat partisipasi masyarakat dalam politik semakin tergerus karena menurunnya kepercayaan masyarakat kepada partai politik. 

Ini tentunya menjadi ancaman atas kualitas sistem demokrasi yang selama ini terus dicoba ditingkatkan. Jika kemungkinan terburuknya benar-benar terjadi, maka bukan tidak mungkin hal ini akan menghambat stabilitas negara. 

Ketidakstabilan politik ini juga berdampak negatif pada ekonomi Indonesia, seperti terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah, peningkatan inflasi, dan ancaman ketidakstabilan sosial. 

Sebagai masyarakat yang paham dengan hal tersebut maka penulis mengajak untuk tidak membiarkan kemungkinan terburuk menjadi kenyataan, kepercayaan kepada pemerintah harus dikembalikan oleh para generasi penerus yang memiliki kesempatan memegang kendali kepemimpinan dan pelibatan masyarakat dalam proses politik harus terjadi. 

Saat ini sudah selayaknya kita terbiasa mengkritisi fenomena politik yang terjadi dan lebih cermat dalam memilih pemimpin, dengan harapan selanjutnya pemimpin yang cerdas dan berkualitas hadir dan alienasi politik di Indonesia bisa berkurang dan kualitas demokrasi di Indonesia bisa ditingkatkan. 

Semoga harapan itu masih ada.


Editor: Faruq Bytheway

Tags

tag_fill_round [#1176] Created with Sketch.
Anak Muda Apatisme Demokrasi Opini