Biang Kerok IHSG Anjlok: Mega Korupsi dalam Negeri hingga Geopolitik Global

Rabu, 19 Maret 2025

300

Penulis: Alfi Lizan Hassan

image-main-content
Foto: Kondisi IHSG Anjlok (tribun).

Finance – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga level 6.011,8 pada perdagangan Selasa (18/3/2025). Runtuhnya IHSG ini memicu Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt pada pukul 11:19:31 WIB untuk menekan volatilitas pasar.

Menanggapi hal tersebut, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, ambruknya IHSG dipicu oleh kombinasi sentimen negatif global dan domestik.

Dari luar negeri, meningkatnya ketegangan geopolitik akibat pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin soal perang yang berlarut-larut, serta ancaman pembalasan tarif lebih besar dari Uni Eropa terhadap kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump, turut memperburuk sentimen investor.

“Kekhawatiran akan resesi di AS juga terus meningkat, sehingga membuat pasar semakin defensif,” ujar Nico, Selasa (18/3/2025).

Di sisi lain, untuk dalam negeri, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi sorotan. Data terbaru menunjukkan penerimaan pajak merosot 30% dengan defisit mencapai Rp 31,2 triliun hanya dalam dua bulan pertama 2025. Kondisi ini meningkatkan risiko fiskal dan membuat investor memilih menarik dananya dari pasar saham Indonesia.

“Banyak pelaku pasar akhirnya mengalihkan investasi mereka ke instrumen yang lebih aman dan stabil, seperti obligasi,” tambah Nico.

Senada dengan itu, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai bahwa anjloknya IHSG juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan kurang berbasis teknokrasi.

“Outlook fiskal 2025 berat, ditambah kebijakan yang kurang matang, membuat kepercayaan investor semakin terkikis,” jelasnya.

Tak hanya itu, kasus mega korupsi yang terus mencuat serta gelombang protes besar-besaran terkait revisi UU TNI semakin memperburuk sentimen pasar. Ditambah lagi, muncul kekhawatiran bahwa lembaga pemeringkat internasional akan menurunkan credit rating Indonesia.

“Kombinasi isu-isu ini membuat investor semakin waspada dan memilih keluar dari pasar saham,” pungkas Wijayanto.

 

(Alf/Far)

Tags

tag_fill_round [#1176] Created with Sketch.

Berita terkait