Suarakan Dukungan Terhadap Palestina Lewat Lagu, Iyah Mayhem Ditinggal Sang Manager

Jumat, 10 Januari 2025

Penulis: Faruq Bytheway

image-main-content
Foto: Iyah Mayhem (instagram/@iyahmayhem).

News - Dukungan terhadap Palestina kerap menjadi ujian besar bagi para musisi internasional.

Meski tak gentar menyuarakan pandangannya, banyak dari mereka harus menghadapi konsekuensi besar, termasuk kehilangan karier dan kontrak profesional.

Kali ini, giliran penyanyi asal Australia, Iyah Mayhem atau yang lebih dikenal sebagai Iyah May, yang menjadi korban setelah menyuarakan dukungan terhadap palestina.

Iyah May menjadi korban cancel culture setelah merilis lagu berjudul Karmageddon, yang menyuarakan dukungannya terhadap Palestina.

Melalui liriknya, Iyah secara tegas menyebut aksi Israel di Gaza sebagai genosida, sebuah pandangan yang langsung memicu perdebatan panas.

Lagu ini kemudian mendadak viral di media sosial dan memancing berbagai reaksi, tak terkecuali dari manajernya sendiri.

Tak sejalan dengan pandangan Iyah, sang manajer secara langsung memutus kontrak dengan sepihak.

Keputusan tersebut diungkapkan Iyah May lewat unggahannya di Instagram. Menurut Iyah, ia sempat diminta untuk mengubah lirik lagunya agar lebih “netral,” tetapi dirinya menolak mentah-mentah.

“Lagu ini bukan hanya soal Palestina. Ini kritik terhadap banyak isu global seperti big pharma, virus buatan manusia, hingga cancel culture. Tapi ketika menyebut soal Gaza, orang-orang langsung bereaksi ekstrem,” jelas Iyah dalam unggahannya.

Meski kehilangan manajer, Iyah tetap teguh mempertahankan pandangannya. Ia bahkan mendapatkan dukungan dari penggemar yang merasa lagu Karmageddon adalah karya berani dan relevan dengan kondisi dunia saat ini.

Bagaimana menurut Sobat Youtz? Apakah seorang seniman harus membayar harga sebesar ini untuk mempertahankan idealismenya?

 

(Far/Tir)

Tags

tag_fill_round [#1176] Created with Sketch.

Berita terkait